Manusia Adalah Makhluk Budaya
Pendidikan hanya dapat dilakukan oleh makhluk yang berbudaya dan yang
menghasilkan nilai kebudayaan yaitu manusia. Hal ini juga yang
merupakan perbedaan antara manusia dan hewan dengan adanya budaya dan
pendidikan. Sifat dunia hewan statis, dimana instink dan dan
reflek sebagai pembatas (misalnya lingkungan air, udara dan tanah).
Kehidupan tersendiri bagi hewan tersebut. Sifat dunia manusia terbuka, dimana manusia memberi arti bagi dunianya (secara kongkrit).
b. Perkembangan Pendidikan Sejajar Dengan Perkembangan Budaya
Pendidikan selalu berubah sesuai perkembangan kebudayaan, karena
pendidikan merupakan proses transfer kebudayaan dan sebagai cermin
nilai-nilai kebudayaan (pendidikan bersifat reflektif). Pendidikan juga bersifat progresif,
yaitu selalu mengalami perubahan perkembangan sesuai tuntutan
perkembangan kebudayaan. Kedua sifat tersebut berkaitan erat dan
terintegrasi. Untuk itu perlu pendidikan formal dan informal (sengaja
diadakan atau tidak). Perbedaan kebudayaan menjadi cermin bagi bangsa
lain, membuat perbedaan sistem, isi dan pendidikan pengajaran sekaligus
menjadi cermin tingkat pendidikan dan kebudayaan.
c. Pendidikan Informal dan Pendidikan Formal Sama Derajatnya dan Harus Ada Kesejajaran Tujuan
Pendidikan informal lebih dahulu ada dari pada pendidikan formal
(education dan schooling), pendidikan informal merupakan unsur mutlak
kebudayaan untuk semua tingkat kebudayaan yang muncul karena adanya
pembagian kerja. Pada dasarnya keduanya disengaja dan gejala kebudayaan,
pemisahan keduanya tidak berguna. Tugas kebudayaan bukan memonopoli
lembaga pendidikan formal, tetapi kebersamaan warga dan negara karena
segala unsur kebudayaan bernilai pendidikan baik direncanakan atau
tidak.
1.3.2 Bab II Masalah Kebudayaan
a. Beberapa Definisi Kebudayaan
1. Edward B. Taylor
Segala sesuatu pada kebudayaan tidak dimiliki manusia sebagai manusia
, tetapi harus diperoleh lewat kerja manusia. Manusia bisa menjadi
manusia bila mendukuki posisinya, yaitu dengan cara pendidikan.
2. Freeman Budds
Budaya membimbing segala sesuatu tindak laku manusia. Menurut Taylor
dan buds agama termasuk budaya dan budaya lebih luas dari agama, agama
merupakan hasil kebudayaan dan budaya merupakan ciptaan manusia. Dari
sini penulis menyatakan jika agama buatan manusia maka agama bisa benar
dan salah. Jika tidak benar budaya hasil buatan manusia, maka segala
ajaran dapat dibenarkan manusia dengan akalnya. Kebenaran agama tidak
selamanya dapat dijangkau oleh rasio manusia. Jika dilihat dari konteks 2
pendapat di atas tentu keduanya bukan orang-orang agamis. Agama
merupakan suatu yang lebih luhur dan suci kebudayaan.
Dari 2 pendapat di atas penulis menyimpulkan hal-hal berikut :
- Kebudayaan merupakan sesuatu yang melingkupi segala aspek kehidupan manusia
- Kebudayaan tidak dimiliki manusia sejak lahir
- Nilai norma dan kebudayaan menjadi nilai norma hidup
- Isi pendidikan ditentukan isi materi kebudayaan dan tujuan pendidikan
- Pendidikan, pengajaran dan kebudayaan merupakan suatu integrasi lengkap
- Pengajaran merupakan suatu alat pendidikan dan pendidikan merupakan unsur kebudayaan
- Kebudayaan bersifat edukatif
3. Ki Hajar Dewantara
Kebudayaan adalah buah budi manusia yang merupakan hasil perjuangan
terhadap 2 pengaruh yang kuat, yaitu alam dan zaman yang merupakan
kebutuhan hidup manusia untuk mengatasi tantangan hidup dan kehidupan
guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang bersifat tertib dan
damai. Beliau mengingatkan bahwa kebudayaan merupakan kemurahan Tuhan.
Menurutnya hubungan Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan adalah
kkeduanya merupakan usaha kebudayaan semata-mata dimana perguruan merupakan taman persemaian kebudayaan bagi suatu bangsa. Sedangkan pendidikan menurutnya merupakan
upaya untuk memajukan perkembangan budi pekerti yang terintegrasi
(batin, inteligensi dan tubuh) untuk memajukan kesempurnaan hidup
selaras alam dan masyarakat. Selanjutnya Pendidikan Nasional
dinyatakan sebagai pandangan beralas garis hidup bangsanya dan ditujukan
untuk keperluan peri kehidupannya yang mengangkat derajat negara dan
rakyatnya, agar dapat bekerja sama dengan bangsa lain untuk kemuliaan
seluruh dunia.
Dari sini Ki Hajar Dewantara mewujudkan pendidikan formal dalam bentuk taman siswa dengan karakteristik :
- Asas Dasar : Panca Dharma (Kebangsaan, Kebudayaan, Kemanusiaan, Kodrat Alam dan Kemerdekaan)
- Bentuk : Asrama Padepokan (Pondok)
- Sifat : Kekeluargaan
- Isi Materi : Kebudayaan Nasional
- Sistem : Sistem Among
b. Hubungan Antara Kebudayaan dan Agama
Terdapat 2 pandangan terhadap masalah apakah agama merupakan hasil
kebudayaan atau sebaliknya kebudayaan merupakan hasil buah budi manusia
yang diilhami oleh tuntunan agama. Pertama pendapat yang menyatakan
bahwa kebudayaan adalah sumber agama dan karena itu agama adalah unsur
kebudayaan, hal ini tidak berarti jika kita menyatakan kebudayaan Hindu,
kebudayaan Islam dan lainnya. Hal ini akan mengarah pada penolakan
terhadap jasa agama serta lembaga agama sebagai sumber perkembangan
kebudayaan masa lalu dan sekarang. Pandangan tersebut juga tidak
mengakui hakekat esensial agama yang terletak pada unsur wahyu yang
dibawa nabi dan rasul dari Tuhan. Kebenaran pandangan tersebut mungkin
terletak pada kebudayaan adalah hasil buah budi manusia termasuk
didalamnya nabi dan rasul penerima wahyu dari Tuhan. Penulis menyatakan
bahwa dalam waktu dekat akan unggul dari paham atheis dan komunis
ditinjau dari jumlah secara realistis dan objektif.
c. Kebudayaan, Peradaban dan Tradisi
Penulis menyatakan bahwa kebudayaan, peradaban dan tradisi merupakan 3
istilah yang memiliki pengertian yang hampir sama, dimana perbedaannya
hanya terletak pada penggunaannya, oleh siapa dan dalam bidang apa
istilah tersebut digunakan. Peradapan sering digunakan dalam bidang
antropologi sebagai kebudayaan yang telah mengalami perkembangan dan
dimasukkan ke dalam kebudayaan modern (misalnya primitive culture bukan primitif civilization).
Tradisi sering digunakan oleh ahli sejarah dan kebudayaan merupakan
istilah umum dalam ilmu sosial dan berlaku umum untuk semua tingkat
kebudayaan. Ki Hajar Dewantara menamakan tradisi kebudayaan bangsa
Indonesia sebagai “Achief Nationale” yang menyimpan kekayaan batin bangsa.
1.3.3 Bab III Segi-Segi Pendidikan Sebagai Gejala Kebudayaan
Yang dimaksud dengan segi-segi atau aspek-aspek pendidikan adalah rah
tujuan atau sasaran yang diperhatikan dan dibina serta dijadikan
pedoman dalam pelaksanaan segala aktivitas yang bersifat pendidikan yang
sesuai dengan pandangan di atas.
Ada 10 segi pendidikan yang urutannya dapat diubah namun tidak dapat
dikurangi untuk sesuai dengan kondisi dan situasi dimana pelaksanaan
pendidikan akan dilaksanakan. Pemisahan salah satu dari kesepuluh
tersebut tidak mungkin dan tidak dibenarkan tetapi hanya dibenarkan
perbedaan dalam penekanan.
1. Pendidikan adalah pembinaan tingkah laku perbuatan
Pendidikan merupakan proses pembinaan tingkah laku perbuatan agar
anak belajar berpikir, berperasaan dan bertindak lebih sempurna dan baik
dari pada sebelumnya. Untuk tujuan tersebut maka pendidikan diarahkan
pada seluruh aspek pribadi meliputi jasmani, mental kerohanian dan
moral. Sehingga akan tumbuh kesadaran pribadi dan bertanggung jawab
akibat tingkat perbuatannya.
2. Pendidikan adalah pendidikan diri pribadi
Lembaga pendidikan bertujuan mengembangkan diri dan selalu
menggunakan daya kemampuan inisiatif dan aktivitasnya sesuai kata
hatinya. Sehingga anak berkesempatan untuk belajar memikul tanggung
jawab bagi kelangusngan pendidikan dan perkembangan pribadinya. Hal ini
sesuai pernyataan Tagore bahwa pendidikan sebenarnya pendidikan diri
sendiri atau diri pribadi (self education).
3. Pendidikan diperankan di berbagai pusat lembaga
Tugas pendidikan adalah tugas yang harus dilaksanakan oleh lembaga
atau badan pendidikan yang diakui dan diberi hak hidup serta dilindungi
undang-undang. Dengan demikian disamping lembaga pendidikan sekolah
(sebagai perantara, pemersatu serta mempertinggi usaha pendidikan) maka
keluarga masyarakat juga menerima tugas kewajiban untuk mendidik manusia
yang menjadi anggotanya.
4. Pendidikan diarahkan kepada keseluruhan aspek kebudayaan dan kepribadian
Pendidik dan lembaga pendidikan harus mengakui kepribadian dan
menggalang adanya kesatuan segala aspek kebudayaan, di sini manusia
membutuhkan latihan dalam menggunakan kecerdasanya dan saling
pengertian. Aspek-aspek kehidupan telah dirumuskan oleh Edward Springer
sebagai :
Aspek intelek menghasilkan manusia teoretis, sosisal manusia
pengabdi, estetis manusia seni, politik manusia kuasa, agama manusia
kuasa dan ekonomi manusia manusia untung serta sebagai tambahan oleh
Prof. A. Sigit aspek keluarga menjadikan manusia cinta kasih.
5. Pendidikan berlangsung sepanjang hidup (Life Proses)
Menurut Langeveld kewibawaan penting dalam pendidikan sehingga proses
pendidikan dibatasi pada proses pendidikan dari mulai anak mulai
mengerti dan mengakui kewibawaan samapai anak tunduk pada kewibawaannya
sendiri yang bersumber dari kata hatinya.
6. Pendidikan adalah persiapan penyesuaian yang intelligent terhadap perubahan sosial
Sifat pendidikan reflektif dan progresif harus meneruskan nilai
kebudayaan dan mengantarkan anak didik pada alam kedewasaan serta
membimbing ke arah kerja membangun masa depan. Untuk itu pendidik harus
mengembangkan kesadaran bertanggung jawab dan turut serta dalam
masyarakat.
7. Pendidikan harus mengabdi seluruh massa rakyat
Menurut sejarah perkembangannya, pendidikan mengalami 2 macam
perkembangan, yaitu (1) pendidikan sebagai pengabdi kelas/golongan
masyarakat, diperuntukkan untuk kepentingan sebgaian kecil masyarakat
misalnya kolonial Belanda dan (2) pengabdi massa/segala lapisan
masyarakat, diperuntukkan untuk demokrasi masyarakat tanpa beda kelas.
8. Pendidikan harus diarahkan kepembinaan cita-cita hidup yang luhur
Bila pendidikan dimasukkan ke dalam tingkah laku perbuatan manusia
maka pendidikan harus menyesuaikan diri dengan tujuan hidup manusia,
selanjutnya tujuan hidup tersebut ditentukan oleh filsafat hidup yang
dianut seseorang, maka tujuan pendidikan manusia harus bersumber pada
filsafat hidup individu yang melaksanakan pendidikan. Tujuan pendidikan
manusia tidak dapat terlepas dari tujuan hidup manusia yang didasarkan
pada filsafat hidup tertentu.
9. Pendidikan Jiwa Nasionalisme seimbang dengan jiwa internasionalisme
Pendidikan adalah pembinaan jiwa Nasionalisme yang sehat dan wajar,
tidak menjurus Chauvinisme atau Internasionalisme yang melenyapkan jiwa
Nasionalisme. Adanya masalah dan perbedaan paham-paham tersebut
disebabkan 3 hal, yaitu : tetap adanya perang, adanya efek relatif
kebahagian bangsa tertentu namun kesengsaraan bagi bangsa lainnya dan
rasa kebersamaan pada bangsa-bangsa yang tertindas.
Pendidikan bertujuan mengusahakan perdamaian dan kesejahteraan dunia
dan manusianya, untuk itu usaha-usaha yang mengarah ke sana adalah :
pembinaan jiwa yang saling kerjasama antar bangsa, penghilangan
nasionalisme yang sempit, peniadaan doktrin superioritas dan
inferioritas ras, pengembangan sikap positif atas kerja sama, pembinaan
politik luar negeri dalam prinsip konsultasi dan kooperatif, peningkatan
taraf mental pendidikan manusia serta pembinaan penghormatan tata hidup
yang berasaskan demokrasi individu, masyarakat dan anatar bangsa.
Hasil dari pembinaan di atas akan mewujudkan 3 kemungkinan, yaitu :
(1) Komunisme Internasional, dengan bentuk terpimpin oleh negara super disikuti negara satelit
(2) Organisasi Internasional, dengan peniadaan negara super dimana tata hubungan belandaskan prinsip demokrasi
(3) Kerjasama Regional, bentuk kerjasama dalam wilayah dan tujuan tertentu.
10. Pendidikan agama unsur mutlak dalam pembinaan karakteristik dan bangsa
Hal ini didasarkan atas pandangan bahwa agama merupakan unsur mutlak
dan sumber dari kebudayaan, untuk itu pendidikan agama agar tidak
diarahkan pada intelektualistis-verbalistis, sehingga menjadikan
pendidikan agama sebagai dasar tata kehidupan manusia, pribadi, di
sekolah maupun masyarakat.
Pendidikan agama tidak sama dengan etika, namun pendidikan pekerti
tidak dapat dilepaskan dari agama sehingga dapat dikatakan kesusilaan
yang diagamakan. Sehingga dihasilkan manusia berbudi luhur, sehat,
berpikiran bebas, perpengetahuan luas dan berjiwa ikhlas.
1.3.4 Bab IV Ilmu Pendidikan Sebagai Ilmu Pengetahuan Normatif
Maksudnya adalah bahwa pendidikan membawa pengkuan atas kenyataan berikut :
1. Adanya norma tertentu dalam bertindak bagi manusia.
2. Tugas pendidikan sebagai penanam suatu norma tertentu sesuai dasar flsafat
3. Ilmu pendidikan harus berhubungan erat dengan ilmu filsafat pendidikan
4. Ilmu pendidikan menurut sejarahnya tidak dapat dipisahkan dari ilmu filsafat
5. Persoalan dan tujuan pendidikan merupakan persoalan normatif sesuai filsafat pendidikan tertentu
6. Bila manusia memiliki filsafat pendidikan tertentu maka setiap pendidik harus memiliki filsafat tertentu pula.
1.3.5 Bab V Dasar dan Ajar
Istilah dasar dan ajar dikemukaakn oleh Ki Hajar Dewantara disamaakn
dengan istilah bakat dan lingkungan, dan selalu menjadi pemikiran para
cendekiawan pendidikan. Dalam kepustakaan pendidikan dikenal 3 macam
pandangan, yaitu :
a. Nativisme dan naturalisme,
Aliran ini menekankan pada bakafaktor bakat, dasar faktor endogen
atau phenotipe dalam pendidikan. Manusia telah memiliki bakat asli murni
(nativisme) dan bersifat kodrat (naturalis) yang berkembang wajar dan
teratur. Usaha apapun dari luar dianggap tidak berguna, pada aliran ini
usaha pendidik disikapi secara pesimistis. Tokoh aliran ini adalah
Arthur Schopenhauer (Jerman).
b. Empirisme/Environmentalisme
Paham ini dikenal dengan teori tabula ras John Locke, dengan
pandangan bahwa jiwa anak bagaikan meja lilin putih kosong tergantung
efek luar yang yang mempengaruhinya. Dalam pandangan ini pendidikan maha
kuas dan sebagai penentu dimana pendidik dan pendidikan memiliki nilai
positif terhadap perkembangan manusia.
c. Konvergensi Williem Stern
Aliran ini mengusahakan adanya perpaduan kedua aliran di atas, di
sini dibahas tentang hubungan antara faktor bakat dan pendidikan sebagai
satu tujuan. Menurut paham ini bakat sejak lahir merupakan kemungkinan
(potensial) dan dengan proses pendidikan dan pengajaran dapat
direalisasikan sehingga tercapai pribadi yang ideal yang merupakan
manusia teladan.
d. Problematika Tentang Dasar dan Ajar
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sifat dan sikap kepribadian yang
sekana ini dianggap sebagai berdasar faktor bakat biologis ternyata
merupakan bersifat akibat dari kenyatan kondisi dan tradisi kehidupan
masyarakat yang bersifat sosiologis.
a. Dasar Keharusan Kemungkinan Pendidikan
1. Keharusan pendidikan ditinjau dari sudut anak didik
v Jika pendidikan tidak diperlukan berarti manusia telah dewasa sejak lahir
v Jika pendidikan tidak diperlukan berarti manusia sama dengan binatang
v Jika pendidikan tidak diperlukan berarti meniadakan kenyataan manusia sebagai makhluk sosial
2. Keharusan pendidikan dan orang dewasa
Orang dewasa harus mampu melaksanakan usaha pendidikan, hal ini didasarkan atas :
v Manusia adalah makhluk sosial, yaitu saling menyempurnakan dan mendidik
v Orang dewasa dibekali kemampuan memikul tnaggung jawab pendidikan
v Sebagai makhluk budaya manusia memiliki cita-cita
Usaha yang bernilai pendidikan harus mungkin dan dapat dilaksanakan.
1.3.6. Bab VI Faktor-Faktor Pendidikan

1. Cita-cita, dasar dan tujuan pendidikan
2. Pendidik
3. Anak didik
4. Lingkungan
5. Alat-alat pendidikan
Kelimanya jika digambarkan seperti bagan :
Kelimanya juga bisa dibandingkan dengan 5 sila Pancasila atau Rukun
Islam. Masing-masing faktor berhubungan erat dan tak dapat dipisahkan,
misalnya alat-alat pendidikan akan digunakan dengan tujuan apa atau
siapa yang menggunakan alat tersebut.
a. Faktor Cita-Cita Dasar Tujuan
Tujuan pendidikan umum, tujuan sempurna, dan mutakhir bergantung pada
nilai-nilai atau pandangan hidup tertentu yang memberi patokan mengenai
tugas hidup manusia dalam hal ini filsafat hidup Pancasila menentukan
dan menjadi dasar tujuan pendidikan dan pengajaran Pancasila. Ada 4 hal
penting diungkapkan Lottich dan Wilds :
1. Filsafat hidup bisa berubah oleh lingkungan (sosial, politik dan ekonomis)
2. Perubahan filsafat hidup mengubah kebutuhan pendidikan manusia
3. Perubahan kebutuhan pendidikan mengubah konsepsi pendidikan
4. Perubahan konsepsi pendidikan mengubah isi materi, kurikulum serta metode pengajaran yang ada.
Kesalahan yang mungkin dalam pendidikan adalah berupa teknis
pelaksanaan dan ideologis cita dan pandangan. Kesalah kedua ini
merupakan hal yang lebih berat dan dalam karena berkaitan dengan
cita-cita dan tujuan pendidikan itu sendiri. Dari hal di atas
disimpulkan hal-hal berikut :
1. manusia harus memiliki cita-cita, dasar serta tujuan hidup tertentu
2. cita-cita, dasar serta tujuan pendidikan manusia tergantung pada kebudayaannya
3. perubahan dalam konsepsi pendidikan akan mengakibatkan perubahan tentang pendidikan
4. diperlukan filsafat tertentu bagi yang berkecimpung dalam dunia pendidikan
5. lingkungan merupakan kondisi untuk kemungkinan terlaksananya kerja pendidikan
b. Jenis-Jenis Tujuan Pendidikan
Langeveld membagi tujuan pendidikan menurut jensinya dalam 6 macam, yaitu :
1. Tujuan Umum-Sempurna-Mutakhir, menjiwai segala prilaku pendidik dalan setiap situasi dan kondisi
2. Tujuan Insidental-Momental-Mewaktu, suatu tujuan
pendidikan yang akan dicapai dengan menggunakan peristiwa yang bersifat
insidentil. Misalnya pada hari-hari besar negara (Hari Nasional)
3. Tujuan Sementara, yaitu tujuan pendidikan yang telah
disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak menuju ke kedewasaanya.
Jika anak berumur 18/19 tahun belum dapat menyelesaikan SLTA maka
terlambat perkembangannya.
4. Tujuan Yang Bekum Sempurna, yaitu pencapaian
sebagian dari tujuan sempurna. Misalnya pengabdian sarjan yang belum mau
mengabdikan ilmunya pada negaranya sendiri, tetapi sebaliknya ke luar
negeri.
5. Pengkhususan Tujuan Umum dan Sempurna, yaitu
pengkhususan yang dibuat atas dasar : keragaman bakat, keadaan keluarga
dan lingkungan, kesanggupan pendidik, tugas pendidikan tertentu
(pesantren), serta cita-cita bangsa.
6. Tujuan Intermidier/Perantara, tujuan yang merupakan
alat untuk mencapai tujuan lainnya. Misalnya pembelajaran bahasa Arab
atau Inggris untuk mampu membaca kitab kuning/text book.
c. Faktor Pendidik
Yang termasuk ke dalam pengertian pendidik adalah ornag dewas, orang
tua, guru/pendidik, tokoh masyarakat dan tokoh agama. Khusus untuk
guruharus memenuhi persyaratan pribadi dan jabatan (profesi).
d. Anak Didik
Langeveld menerangkan hal-hal yang berkaitan dengan anak didik, yaitu :
1. Sifat hakekat anak didik, masih bergantung, kekanakan serta perlu bimbingan.
2. Sifat Hakekat manusia dalam pendidikan, individualitas anak didik, moralitas dan sosialitas yang mengarahkan manusia bisa dididik.
3. Sifat hakekat manusia Pancasila, sesuai dengan
falsafah bangsa Indonesia maka manusia Pancasila harus memeuhi
aspek-aspek individualitas, moralitas, nasionalis, serta makhluk
religius.
e. Faktor Lingkungan
Pendidikan merupakan gejala kebudayaan, berarti lingkungan pendidikan
meliputi lingkungan kebudayaan. Beberapa aspek lingkungan kebudayaan
diantaranya kultur ideologis, sosial politis, sosisal antropologis,
sosial ekonomis, dan klimato Geografis.
Ditinjau hubungannya dengan manusia, yaitu kemampuan manusia
berinteraksi dengan lingkungannya, maka lingkungan tersebut dibagi atas
lingkungan yang dapat diubah, yang dapat diubah dan dipengharuhi serta
lingkungan sadar dan sengaja dilakukan. Terdapat kemungkinan lingkungan
yang ketiga, yaitu lingkungan bersifat pribadi dan kebendaan.
f. Alat-Alat Pendidikan
Alat-alat pendidikan dibedakan atas (1) alat pendidikan, (2) alat
pengajaran, (3) tindakan berdasarkan tindakan kewibawaan dan (4) Hukuman
sebagai alat pendidikan. Menurut Langeveld hukuman adalah suatu
perbuatan dimana kita dengan sadar dan sengaja menjatuhkan nestapa pada
seseorang. Pemberian hukuman ini harus memperhatikan definisi hukuman itu sendiri, unsur susila, tinjauan penderitaan, Asas-asas dalam pemberian tindakan hukuman, disiplin pribadi.
1.3.7 Bab VII Pusat Badan/Lembaga Pendidikan
Alasan perlunya badan/lembaga sosial sebagai badan pendidikan adalah :
1. pendidikan adalah gejala kebudayaan
2. pandangan tentang kehidupan masyarakat pluralistis
3. pengakuan bahwa manusia adalah makhluk sosial
4. pandangan bahwa pendidikan sekolah sebagai pengabdi masyarakat
5. pengakuan akan adanya perbedaan antara pendidikan formal dan informal
Ki Hajar Dewantara menyatakan pembagian dengan menamakannya sebagai tri pusat, yaitu pusat keluarga, pusat sekolah dan pusat masyarakat. Oleh Langeveld dipertegas lagi menjadi keluarga, gereja, dan negara.
a. Pusat Keluarga
Fungsi tugas pendidikan keluarga : pendidikan budi pekerti, pendidikan sosial, pendidikan kewarganegaraan, pembentukan kebiasaan dan pendidikan intelek.
b. Sekolah Sebagai Pusat Pendidkan
Dasar didirikannya sekolah : perkembangan kebudayaan, perlu
proses dalam perkembangan kebudayaan, adanya perbedaan istilah formal
(sekolah) dan informal di rumah, serta adanya perkembnangan ilmu dan
teknologi sehingga terjadi otomatisasi dan mekanisasi kerja.
Fungsi dan tugas pendidikan di sekolah : menjalankan program
pengajaran dan pendidikan, yaitu melatih inteligensi manusia dengan
pengetahuan. Sekolah merupakan lembaga persiapan dan tempat beratih
pendidikan di masyarakat, sehingga sekolah perlu menyesuaikan diri
terhadap kepentingan dan kemajuan masyarakat.
Dasar didirikannya sekolah : perkembangan kebudayaan, perlu
proses dalam perkembangan kebudayaan, adanya perbedaan istilah formal
(sekolah) dan informal di rumah, serta adanya perkembnangan ilmu dan
teknologi sehingga terjadi otomatisasi dan mekanisasi kerja.
c. Pusat Pendidikan Masyarakat
Oleh Ki Hajar Dewantara pusat pendidikan ini disebut dengan alam
pemuda perkembangan kebudayaan, perlu proses dalam perkembangan
kebudayaan, adanya perbedaan istilah formal (sekolah) dan informal di
rumah, serta adanya perkembnangan ilmu dan teknologi sehingga terjadi
otomatisasi dan mekanisasi kerja.
d. Pusat Pendidikan Keagamaan
Dasar keharusan pondok/gereja dalam menyelenggarakan pendidika adalah :
1. agama diakui bangsa dan negara sebagai unsur mutlak
2. pemisahan agama/gerja tidak diakui negara
3. tata kehidupan masyarakat pluralistik diakui bangsa dan negara
4. sebagian keluarga tidak mampu melaksanakan tugas pendidikan
5. agama merupakan unsur mutlak kebudayaan
e. Negara Sebagai Pusat Pendidikan
1. Negara sebagai pusat pendidikan, hal tersebut berdasarkan pada kenyataan :
v pengakuan atas manusia sebagai makhluk sosial
v timbulnya semangat nasionalisme yang menghendaki pendidikan sebagai mediapembinana kesadaran jiwa nasionalisme
v timbulnya pandangan negara sejahtera (egara melindungi hak warganya)
v terbatasnya pusat lembaga swasta yang beragam dalam
menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran baik kulitatif maupun
kuantitatif
Semuanya terbatas pada kemampuan negara serta norma tata kehidupan masyarakat dan negara.
2. Pendidikan negara demokratik, tujuan pendidikan warga negara diarahkan kebeberapa segi :
v Menanamkan jiwa dan mental
v Menanamkan kesadaran mental dan jiwa bernegara
v Penanaman sifat dan sikap kepribadian atas dasar demokratis
v Menanamkan sifat dan sikap nasionalisme yang positif
v Pendidikan warga negara tidak berarti pendidikan politik
0 komentar:
Posting Komentar